ASI untuk puteraku….
Hari Selasa 29-5-2007 pas Adzan isya jam 20.10 WIB, lahirlah putera pertama kami Muhammad Rafi Althaf Wiratara. Tangisnya memecah malam seiring dengan bunyi Adzan di RS Kesdam Banda Aceh. Anakku terlahir melalui SC dikarenakan ada sedikit penyulit saat persalinan. Selang beberapa menit, aku diijinkan melihat putera pertamaku, deg-degan, penasaran dan cemas bercampur aduk menjadi satu. Beribu pertanyaan datang silih berganti, maklum ayah baru. Alhamdulillah rafi menangis keras, fisik sempurna dan tidak ada tanda-tanda kelainan. BB=3,500 gram; PB=50 cm. Syukur dan haru, tak terasa mata ini memerah dan berkaca-kaca saat aku kumandangkan adzan ke telinga anakku. Sebuah syukur tak terperi.
Day I. Tuesday May 29th 2007
22.00 WIB – 2 hours after birth
Mungkin karena kelamaan di OK dan proses transfer dari RS ke RB tempat isteriku awalnya dirawat, sementara sang mama masih belum tersadar dari tidurnya setelah diberikan bius general karena awalnya saat diberikan spinal masih kesakitan rafi jadi sulit di-inisiasi. Wah, apa yang harus aku perbuat? teringat aku akan nasehat mbak Tami dan teman2 konselor ASI bahwa baby harus segera disusukan sebelum 1 jam pertama (inisiasi dini). Akhirnya saya coba dengan bantuan bidan setempat yang kebetulan jaga, namun usaha kami seolah sia-sia. Rafi belum bisa menghisap dengan baik dan berkali-kali gagal. Setelah kami coba berpuluh kali dengan kondisi mamanya masih tidak sadar, tetap tidak berhasil. Sedih sekali rasanya hati ini. Bingung, gelisah dan merasa berdosa. Kenapa ayah dan ibu rafi yang dokter tapi tidak bisa mempraktekan inisiasi. Tapi kami mencoba tabah. Akhirnya saya teringat, bahwa mungkin saya bisa perah ASI mamanya. Saya pun mulai memerah ASI isteriku (dia masih belum sadar), tapi mungkin anda tahu ASI pertama (kolostrum) jumlahnya tidak seberapa, hanya beberapa tetes. Tapi saya tidak menyerah, saya coba…coba dan coba..hasilnya hanya kurang dari 0,5 cc..hanya seujung sendok kecil..
23.00 WIB – 3 hours after birth
Perlahan-lahan mama rafi tersadar dari tidurnya..dan untuk pertama kali mama melihat rafi..tak bisa kulukiskan wajah isteriku saat itu, antara senang dan masih pusing karena efek sedatif..satu yang dia tanya: “Bagaimana yah, sempurna?”…”Alhamdulillah sempurna” jawabku. Perlahan kuceritakan usaha kami sebelumnya untuk inisiasi, nampak kesedihan diwajahnya, namun aku tahu, isteriku adalah pejuang yang tangguh. Malam itu kami coba kembali..kembali dan kembali….hasilnya masih tetap sama..rafi belum bisa melekat dan menghisap dengan baik..Akhirnya malam itu kami putuskan istirahat, meskipun dengan perasaan gundah..
Day II. Wednesday May 30th 2007
05.30 WIB – 9.30 hours after birth
Pagi subuh aku sudah terbangun, meskipun sebenarnya aku tidak betul-betul tidur malam itu. Akhirnya kuputuskan menelepon seorang konselor ASI yang ada di Banda Aceh, Bidan Elok namanya, seorang bidan di RSU Zainoel Abidin Banda Aceh. Beliau kebetulan pernah ikut pelatihan dengan dr. Utami Roesli Sp.A yang kami fasilitasi. Jam menunjukkan pukul 5.30 WIB, hari masih gelap, dengan sedikit ragu kuberanikan menelepon, mudah-mudahan sudah bangun pikirku. “Halo…” terdengar suara lelaki diujung telepon..”O..bu eloknya sedang shalat subuh, nanti telp lagi setengah jam” suara putera bu elok diujung telp menutup pembicaraan singkat kami.
06.00 WIB – 10 hours after birth
Setengah jam kemudian, kutelepon kembali nomor yang sama, akhirnya bu elok sudah selesai shalatnya dan kamipun berbincang dengan hangat. “Ibu, kami butuh bantuannya….” dan akupun mulai bercerita kesulitan kami secara rinci. “InsyaAlloh nanti agak siangan saya datang kesana…” ucap bu elok menyahut.
09.00 WIB – 13 hours after birth
Akhirnya bu Elok datang juga..setelah sedikit ngobrol akhirnya sesi konsultasi dan praktek pun dimulai. Kurang lebih 2 jam isteriku dan bu Elok saling bertukar pikiran, berlatih dan berlatih. Dengan sedikit cemas aku menunggui karena rafi masih belum bisa melekat dan menghisap dengan baik. Akhirnya sesi hari itu diakhiri karena bu Elok harus kembali bertugas di RS. Selesai sesi hari itu, kami terus mencoba..mencoba dan mencoba…ASI kami coba perah dan diberikan dengan sendok sementara rafi tetap dilatih melekat dan menghisap…hasilnya hampir tetap sama, tidak terlalu banyak perubahan. Alhamdulillah rafi anak yang tabah, hampir tidak terdengar tangisnya..meskipun aku dan isteriku tahu, pasti dia sangat lapar..
Day III. Thursday, May 31st 2007
Hari ini bu Elok datang agak siang, kebetulan di RS cukup ramai jadi dia menunggu sampai waktu istirahat untuk ke RB tempat isteri dirawat yang hanya berjarak kurang dari 0,5 km dari RS. Hari itu sesi diulang lagi, cuma hanya bisa dilakukan kurang dari 1 jam karena memang beliau ada kesibukan. Kebetulan hari itu ada bayi lain yang baru lahir di RB dan ingin diajari cara menyusui. Usut punya usut ternyata, kami adalah pasien pertama bu Elok di RB ini, jadi begitu mereka tahu ada konselor yang bisa mengajari cara menyusui, berita segera menyebar dari mulut ke mulut. Hari itu ada kemajuan sedikit, rafi sudah mulai bisa melekat, tetapi belum mampu menghisap dengan baik. Malam itu kami putuskan menelepon dr.Utami Roesli (kebetulan kami kenal dan beliau pernah menawarkan bantuan konsultasi jarak jauh bila memang diperlukan), hampir setengah jam kami berbincang, padahal malam itu beliau lagi praktek di jakarta..benar-benar pribadi yang baik..kami diberikan nasehat dan masukan yang cukup menguatkan kami dan isteri.
Setelah hampir 2 hari bisa dikatakan tidak minum ASI sama sekali, kulit rafi sudah mulai agak keriput, mungkin sudah mulai dehidrasi. Tapi Subhannalloh, anakku tercinta masih tetap diam, sesekali merengek karena pipis. Pipisnya pun mulai sedikit. “Ya Alloh, apa yang harus kami perbuat?” pikirku dalam hati agak cemas. Akhirnya aku putuskan setelah diskusi dengan isteri dan keluarga yang lain, kami berikan rafi susu formula. Dengan hati bimbang dan sedih tak terperi kami suapi rafi sedikit demi sedikit dengan sendok, nampak sekali dia lahap, lapar mungkin. Malam itu dua kali rafi minum sufor, tapi kami tetap tidak menyerah, terus kami coba latihan melekat dan menghisap, hasilnya sudah mulai terlihat, rafi mulai bisa melekat dengan baik dan mulai menghisap meskipun masih lemah.
Day IV. Friday, June 1st 2007
Hari ini hari libur, pagi-pagi dokter Sp.OG visite dan bilang kami sudah boleh pulang. Akhirnya kami pulang selepas jumatan. Hari ini kami janjian pertemuan ketiga dengan bu Elok agak sorean. Hari ini rafi menunjukkan progress yang luar biasa, puteraku sudah mulai melekat dengan sempurna dan menghisap dengan agak kuat. Saat bu Elok datang, beliau pun mengatakan bahwa Rafi sudah hampir berhasil menyusu dengan sempurna. Setelah 2 jam sesi dan praktek, akhirnya bu Elok pulang dan mengatakan bahwa ini adalah sesi terakhir karena Rafi nampaknya sudah bisa menyusu dengan baik dan ASI isteriku juga sudah keluar dengan baik. Sore itu juga kami putuskan menghentikan total sufor, kalau tidak salah ingat, Rafi hanya mendapatkan total kurang dari 100 cc sufor sejak hari sebelumnya. Meskipun dengan sedikit kontaminasi ini membuat jadi tidak ASI eksklusif, tapi aku tetap bangga dengan usaha keras isteri dan anakku yang sangat tabah.
Malamnya, Rafi sudah dapat menyusu dengan sempurna, Rafi terbangun beberapa kali karena pipis atau eek. Kami bangunkan dia setiap 2 jam untuk nenen. Alhamdulillah, malam itu kami begitu bersyukur.
Setelah malam itu hingga umur 6 bulan, rafi hanya mendapatkan ASI saja, kebetulan ibu mertua juga sangat mendukung karena sudah pernah diajak mengikuti seminar ASI oleh dr. Utami Roesli, bahkan sejak saat itu beliau rajin kampanye kepada teman-teman sesama ibu-ibu yang sedang atau akan punya cucu untuk memberikan ASI. Alhamdulillah, selama 6 bulan Rafi tidak pernah sakit, terkadang memang demam, tapi kami coba tidak diobati dan hanya disusukan lebih sering, dan cara ini sangat berhasil. Total rafi menyusu selama 22 bulan, itupun terputus karena mamanya harus pergi 3 minggu keluar kota untuk sebuah keperluan.
So, sahabat, memang awalnya tidak mudah. Butuh keberanian, butuh dedikasi, butuh keyakinan bahwa memberikan yang terbaik untuk bayi kita adalah kewajiban setiap orang tua. Kalau kami bisa, saya yakin anda mampu melakukannya. Bahkan saya yakin bahwa anda semua akan mampu melakukannya jauh lebih baik daripada kami.
ASI…Pasti!
Salam ASI,
Rafi, Riri (mama), Hidayat (Ayah)
Ditulis pada suatu pagi 27 Agustus 2009, Diemen, NL
NB: Bagi yang ingin memperoleh nomor telp bidan Elok di Banda Aceh, kirim e-mail aja ke am_adoctor@yahoo.com atau tulis aja di wall.
ASI Terbaik untuk bayi : Sebuah pelajaran dari Lombok
Courtesy of UNICEF.
Sebuah video yang menggambarkan perjuangan dari sebagian kita untuk menyelamatkan bayi-bayi dari ancaman penyakit dan kematian. Ayah rafi adalah pekerja di sebuah NGO yang sangat konsen di Breatfeeding, karena itulah Ayahrafi tahu betapa berat perjuangan mempopulerkan ASI. Kami sebuah NGO yang cukup besar dengan dana cukup memadai, tetapi lawan kami jauh lebih besar dan jauh lebih menguasai keadaan. Mau tahu siapa lawan kami??
Salah seorang rekan saya dari NGO lain [dokter juga] beliau bilang: Musuh terbesar kita bukan orang luar, melainkan orang dalam yaitu bidan dan sebagian TS Dokter lain.
Wah, skeptis sekali ya nampaknya? tetapi kalau direnungkan memang benar. Anda boleh cek ke RS Swasta atau ke Rumah Bersalin dan anda boleh buat prosentase dari RS/RB yang menyediakan layanan rawat gabung sebagai standar protokol Bayi Baru lahir untuk segera disusukan dibanding dengan RS/RB yang memisahkan bayinya diruangan lain dari ibunya dan tentu dengan ditawarkan susu formula mulai dari kelas rakyat : SGM sampai kelas high end Morinaga/Nutrilon. Hmm..anda akan takjub! Kepentingan [uang] terkadang mengalahkan rasionalitas dan hati nurani; bahkan untuk profesi semulia tenaga kesehatan.
Bayangkan, Pabrikan Susu Formula sanggup memberikan insentif bagi setiap kaleng atau kardus yang bisa dijual oleh bidan praktek atau terkadang [maaf] rekan TS dokter dengan menseponsori mereka untuk naik Haji, plesiran atau membenahi klinik mereka dan melengkapi peralatan RB nya atau ikut PIT didalam dan luar negeri. Luar biasa dana yang mereka keluarkan. Jadi Pabrik susu inilah yang menjadi BIANG KEROK nya!!
Sedangkan kami, hanya melalui pelatihan, pelatihan dan pelatihan. Tidak ada wujud benefit konkrit yang mampu kami janjikan untuk bidan; akibatnya bisa ditebak, pertempuran yang tidak berimbang.
Namun kami pantang menyerah, advokasi kami tidak sebatas di level Dinas Kesehatan dan Tenaga Kesehatan, Advokasi kami bergeser ke tingkat kampung-kampung dan rumah tangga. Kami pergunakan segala daya yang kami punya. Kami sms teman2 yang sedang hamil untuk sekedar mengingatkan dan memberikan info tentang ASI dan juga kami syiarkan melalui orangtua kami yang rutin ikut ngerumpi dengan ibu2 lainnya. Pergerakan ini hasilnya cukup nyata. Kami melibatkan seluruh resource yang ada, mulai suami atau isteri, orangtua, teman2 dan tetangga. Perjuangan kami tidak akan pernah usai, dalam setiap acara yang saya hadiri maupun isteri saya hadiri [isteri saya dokter juga] atau saat isteri praktek di Puskesmas atau saat praktek dirumah, kami selalu berusaha menyampaikan pesan menyusui kepada setiap ibu yang kami jumpai.
Kami berusaha menjadikan kami sendiri sebagai contoh, Rafi putera kami adalah buah dari ASI [sulit dikatakan eksklusif karena ada sedikit permasalahan dihari ke-2] tapi kemudian kami berhasil mengatasinya dan mampu melanjutkan sampai 6 bulan tanpa makanan/minuman lain, bahkan sampai sekarang rafi sudah hampir 18 bulan masih ASI.
Ayah rafi yang basicnya trainer juga sering ngecuwis dimana2, saat terkadang ada undangan untuk jadi pembicara, saat siaran di radio maupun dengan membuat tulisan artikel baik internal kantor maupun untuk eksternal, termasuk juga dengan dibuatya Blog ini. Kami menganut prinsip bahwa: Sebarkanlah/Syiarkanlah keberanan walau hanya satu kata…Maukah Anda??
Diemen, 21-11-08
Video Pelatihan Manajemen Aktif Kala III (Kala Uri) dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Sebuah video pelatihan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang diproduksi oleh Jaringan Nasional Pelatihan Klinis (JNPK-KR), Departemen Kesehatan RI, dan perkumpulan profesi yang didukung oleh HSP, sebuah proyek yang didanai USAID dan dilaksanakan oleh John Snow Inc (JSI) dan didukung oleh Manoff Group. Mannof Group mengidentifikasi adanya kebutuhan akan sumber materi ini dan memfasilitasi proses perencanaan dan pembuatan. IMD adalah tindakan kunci untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayi, melalui tindakan sederhana, efektif, dan berdasarkan bukti ilmiah.
A clinical training video on early initiation of breastfeeding was produced by Indonesia’s National Clinical Training Network, Ministry of Health, and professional associations with support from the Health Services Program (HSP), a USAID-funded project managed by John Snow Inc (JSI) and supported by The Manoff Group. Manoff Group staff identified the need for this resource and facilitated the planning and production process. Early initiation of breastfeeding is a key intervention that saves the lives of mothers and children and is simple, cost-effective, and evidence-based.
video lain: http://www.metacafe.com/watch/yt-zrwfIcPB1u4/breast_crawl/
Diemen, 20-11-08
leave a comment