Dunia Rafi

Ketika cinta memucuk rindu..(sebuah introspeksi)

Posted in Intermezo by wiratara on Agustus 28, 2009

Ketika aku berkata cinta..
Tersadar aku sebuah konsekuensi..
Berserah raga dan pikir sepenuhnya..
Mengkristal menjadi satu kesatuan..
Seiya sekata…sekata seperbuatan..

Ketika aku merasa rindu..
Tersadar aku bahwa ini adalah rasa..
Pewujudan dari sebuah cinta..
Cinta yang dulu aku proklamirkan..
Atau yang dulu diproklamirkan untukku..

Ketika cinta memucuk rindu..
Hanya kepasrahan dan ke’takut’an akan jauh dari-Mu..
Bercampur, beraduk dan memadu..
Mengisi sekat-sekat hati, pikir dan olah laku..

Tuhan..
Hari ini Ramadhan ke-tiga..
Ijinkan aku menggenapkannya untuk-Mu..
Ijinkan aku menggenapkannya untukku, isteri anakku, keluargaku..
Agar aku menjadi pribadi yang lebih baik..
Agar aku menjadi pribadi yang lebih baik..

Diemen, 24 Agustus 2009
SH

Entah bagaimana masa depan dunia..

Posted in CelotehAyah&Mama by wiratara on April 24, 2009

Sat_Map_Jan_07_OL

 

Sedih, trenyuh dan malu…semua rasa tercampur aduk dalam diri saya waktu itu. Malu rasanya saya, bukan kepada manusia, tetapi kepada Tuhan! Malu akan kondisi dunia sekarang ini, malu akan kepongahan manusia yang mengatakan dirinya manusia modern dan terpelajar dari so called “developed country”..

Siang itu didalam kelas kami seperti biasa, terjadi diskusi hangat tentang pelajaran hari itu (sexual and reproductive health) yang difasilitasi oleh Sumit Kane. Diskusi yang semula hangat dan kondusif tiba2 berubah menjadi perang amarah dan adu mulut tidak ada juntrungnya. Hal ini diawali ketika salah seorang peserta dari Belanda (wanita) P,  yang mengatakan bahwa didunia ini tidak ada yang namanya ‘nice man’ dan sebuah simpulan lain yang cukup menyesakkan dada; yaitu saat dia bilang “saya yakin lebih dari separuh yang hadir di ruangan ini (sering) melakukan anal sex!”….wuaaahhh..langsung saja pertempuran terjadi. Beberapa teman dari Afrika langsung membalas bahwa simpulan itu tidak sepenuhnya benar dan tidak selayaknya diucapkan didalam forum seperti ini. Tapi dasar si P ini biang kerok, dia tetap ngotot bahwa apa yang dikatakannya adalah benar adanya. Saya pun ikut2an terpancing dan ikut beradu mulut dengan P. Tidak terima rasanya. Fasilitator pun kalang kabut, walaupun tampak bahwa dia juga memihak kepada si P. Akhirnya setelah keadaan mulai mereda, diskusi dilanjutkan kembali. Tetapi lagi2 si P membuat ruangan menjadi riuh rendah saat dia mengulangi lagi kata2nya bahwa tidak ada ‘orang baik/nice man’ di dunia ini, dan mengatakan bahwa kita tidak perlu munafik atau menutup2i kejelakan kita. Wah, respon pun mulai berhamburan lagi.

Cerita itu adalah sekelumit dari kisah yang saya alami hampir setiap hari. Hidup dan belajar di tengah2 orang2 liberal dan atheis memang memerlukan kesabaran ekstra dan kebesaran hati. Untuk orang2 seperti ini, agama adalah sesuatu yang tidak masuk akal dan merupakan penghalang untuk kebebasan dan apa yang mereka sebut sebagai ‘human right’. Edan pikir saya! Saya pernah berdebat dengan Course Coordinator saya saat dia bilang, bahwa agama yang kami anut ini adalah warisan (hereditary) dari orangtua kita, dan saya langsung menjawab “Maaf, mungkin pada awalnya orang tua yang mengenalkan pada agama, tetapi pada prinsipnya Agama adalah sebuah pilihan, dan bukan produk turunan!” dan dengan bersungut2 dia pun menerima ucapan yang saya sampaikan dengan agak ketus.

Orang2 atheis dan liberalis ini menyebut orang-orang beragama sebagai kaum konservatif (KUNO) dan merupakan penghalang bagi pencapaian kemajuan didunia. Mereka begitu bangga dengan terbebasnya mereka dari kewajiban menyembah Tuhan, yang mereka ragukan keberadaanNya.

Yah, mungkin ada benarnya juga bahwa kehancuran dunia (kiamat) tinggal menunggu waktu. Menunggu waktu saat orang2 atheis dan liberalis ini menguasai dunia dan menghancurkan segala isinya. Dimanakah kekuatan Islam yang pernah 6 abad menguasai dunia?? Dimanakah peran Indonesia sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar didunia (setidaknya sesuai dengan jumlah KTP yang terdaftar)? Negara2 Islam memang sudah dikebiri, sehingga kegagahannya sudah tidak nampak lagi, yang nampak hanya kelemah-gemulai-an dan ketidak-berdayaan yang permanen sehingga hanya mampu membebek, menjilat dan mengekor!  Malu saya…Malu saya pada Tuhan…

 

Salam,

Gondhelan marang Gusti

Posted in CelotehAyah&Mama by wiratara on Februari 11, 2009

eye-on-universe

Judul yang aneh ya….maaf bagi yang tidak bisa bahasa jawa (artinya: Berpegangan kepada Tuhan).

Kira-kira sekitar 10 hari yang lalu, saat saya sedang asyik menyaksikan film di layar monitor komputer jinjing saya, tiba2 saja saya teringat dengan HP saya yang ada disudut meja. Segera saja tangan ini meraih sebatang kotak hitam dari plastik bertuliskan soxx errixxxx dengan tombol2 kecil itu, saya tekan kode perintah “unlock” dan klik di gambar “surat”. 1 buah inbox, saya klik lagi tampak sebuah nama “santoxx”. Ah, tumben-tumbenan temen dari Rotterdam ini kirim sms (biasanya cuman nyapa via YM atau FB). Tergelitik rasanya untuk membuka sms tersebut…dan klik…sebuah pesan yang berisikan berita yang begitu tak terduga…”seorang teman di Nijmegen meninggal dunia”. Syok rasanya, saya hanya terdiam dan tak mampu berkata-kata. Jari jemari ini terasa begitu kaku, jantung ini berdenyut laksana deburan ombak dikala elnino. Ah, hampir tidak percaya. Segera saja saya balik telp santoxx, dan memang benar adanya. Masih seakan tak percaya, saya segera menghubungi salah seorang teman di Nijmegen, dia pun mengamini hal ini. Yah, sudah pasti 100% berita itu benar adanya!

Rasanya beberapa hari yang lalu saya masih berdiskusi dengan nya, bercanda dan saling bertukar informasi. Meski via YM dan Skype, tapi kami merasa dekat satu sama lain. Dia adalah seorang teman yang cukup mengerti arti teman dan dapat menjadi teman yang dapat diandalkan. Yah, mungkin sudah garisan hidup.

Sejak saat itu saya terus membayangkannya, bagaimana dia meninggalkan isteri dan kedua anaknya yang masih kecil. Saya jadi kemudian jadi membayangkan yang tidak2. Saya masih teringat tanggal 31 Desember yang lalu, ada sms serupa dari Adik saya, kira2 isinya begini: “mas, adek mimpi kacamata mas jatuh dan pecah, apa mas sekarang sedang sakit?”. Saya tidak tahu apa hubungannya, tapi yang jelas, malam sebelum sms ini datang saya memang tidak bisa tidur, baru sekitar jam 2 malam akhirnya saya bisa terlelap, itupun beberapa kali terbangun. Tapi saya berkesimpulan, kedua hal itu tidak ada hubungannya.

Temanku yang meninggal itu dulu pernah bertanya kepada saya: “apa yang menjadi pusat dalam hidupmu?” dan waktu itu saya jawab “Keluarga”; kemudian dia melanjutkan lagi “kalau pusat hidupmu adalah keluarga, kalau mereka tidak ada/meninggal maka kamu tidak akan punya pusat hidup lagi”. dia melanjutkan “Seharusnya pusat hidup adalah Tuhan”. Jawaban itu dulu terasa tidak memuaskanku, entah kenapa. Tapi kini saya semakin menyadari bahwa apa yang dikatakannya adalah benar. Tuhan adalah epicentrum dari segalanya, pusat dari kehidupan dan pencipta segala kehidupan. Kepada-Nya lah semua menyembah dan kepada-Nya lah semua akan kembali.

Selamat jalan mas, semoga engkau mendapatkan yang terbaik sesuai dengan amal dan perbuatanmu didunia.

Salam,