Ketika cinta memucuk rindu..(sebuah introspeksi)
Ketika aku berkata cinta..
Tersadar aku sebuah konsekuensi..
Berserah raga dan pikir sepenuhnya..
Mengkristal menjadi satu kesatuan..
Seiya sekata…sekata seperbuatan..
Ketika aku merasa rindu..
Tersadar aku bahwa ini adalah rasa..
Pewujudan dari sebuah cinta..
Cinta yang dulu aku proklamirkan..
Atau yang dulu diproklamirkan untukku..
Ketika cinta memucuk rindu..
Hanya kepasrahan dan ke’takut’an akan jauh dari-Mu..
Bercampur, beraduk dan memadu..
Mengisi sekat-sekat hati, pikir dan olah laku..
Tuhan..
Hari ini Ramadhan ke-tiga..
Ijinkan aku menggenapkannya untuk-Mu..
Ijinkan aku menggenapkannya untukku, isteri anakku, keluargaku..
Agar aku menjadi pribadi yang lebih baik..
Agar aku menjadi pribadi yang lebih baik..
Diemen, 24 Agustus 2009
SH
Gondhelan marang Gusti
Judul yang aneh ya….maaf bagi yang tidak bisa bahasa jawa (artinya: Berpegangan kepada Tuhan).
Kira-kira sekitar 10 hari yang lalu, saat saya sedang asyik menyaksikan film di layar monitor komputer jinjing saya, tiba2 saja saya teringat dengan HP saya yang ada disudut meja. Segera saja tangan ini meraih sebatang kotak hitam dari plastik bertuliskan soxx errixxxx dengan tombol2 kecil itu, saya tekan kode perintah “unlock” dan klik di gambar “surat”. 1 buah inbox, saya klik lagi tampak sebuah nama “santoxx”. Ah, tumben-tumbenan temen dari Rotterdam ini kirim sms (biasanya cuman nyapa via YM atau FB). Tergelitik rasanya untuk membuka sms tersebut…dan klik…sebuah pesan yang berisikan berita yang begitu tak terduga…”seorang teman di Nijmegen meninggal dunia”. Syok rasanya, saya hanya terdiam dan tak mampu berkata-kata. Jari jemari ini terasa begitu kaku, jantung ini berdenyut laksana deburan ombak dikala elnino. Ah, hampir tidak percaya. Segera saja saya balik telp santoxx, dan memang benar adanya. Masih seakan tak percaya, saya segera menghubungi salah seorang teman di Nijmegen, dia pun mengamini hal ini. Yah, sudah pasti 100% berita itu benar adanya!
Rasanya beberapa hari yang lalu saya masih berdiskusi dengan nya, bercanda dan saling bertukar informasi. Meski via YM dan Skype, tapi kami merasa dekat satu sama lain. Dia adalah seorang teman yang cukup mengerti arti teman dan dapat menjadi teman yang dapat diandalkan. Yah, mungkin sudah garisan hidup.
Sejak saat itu saya terus membayangkannya, bagaimana dia meninggalkan isteri dan kedua anaknya yang masih kecil. Saya jadi kemudian jadi membayangkan yang tidak2. Saya masih teringat tanggal 31 Desember yang lalu, ada sms serupa dari Adik saya, kira2 isinya begini: “mas, adek mimpi kacamata mas jatuh dan pecah, apa mas sekarang sedang sakit?”. Saya tidak tahu apa hubungannya, tapi yang jelas, malam sebelum sms ini datang saya memang tidak bisa tidur, baru sekitar jam 2 malam akhirnya saya bisa terlelap, itupun beberapa kali terbangun. Tapi saya berkesimpulan, kedua hal itu tidak ada hubungannya.
Temanku yang meninggal itu dulu pernah bertanya kepada saya: “apa yang menjadi pusat dalam hidupmu?” dan waktu itu saya jawab “Keluarga”; kemudian dia melanjutkan lagi “kalau pusat hidupmu adalah keluarga, kalau mereka tidak ada/meninggal maka kamu tidak akan punya pusat hidup lagi”. dia melanjutkan “Seharusnya pusat hidup adalah Tuhan”. Jawaban itu dulu terasa tidak memuaskanku, entah kenapa. Tapi kini saya semakin menyadari bahwa apa yang dikatakannya adalah benar. Tuhan adalah epicentrum dari segalanya, pusat dari kehidupan dan pencipta segala kehidupan. Kepada-Nya lah semua menyembah dan kepada-Nya lah semua akan kembali.
Selamat jalan mas, semoga engkau mendapatkan yang terbaik sesuai dengan amal dan perbuatanmu didunia.
Salam,
leave a comment