Dunia Rafi

Aceh, Kopi dan Rokok

Posted in CelotehAyah&Mama by wiratara on April 22, 2010

Tanpa terasa, sudah hampir 5 tahun saya menjejakkan kaki dan meniti hidup di Propinsi Aceh ini. Propinsi yang pernah menjadi tujuan semua mata manusia dimuka bumi, dimana torehan sejarah kelamnya tsunami yang telah meluluhlantakkan infrastruktur yang ada dan mengakibatkan ratusan ribu korban jiwa.

Aceh (khususnya kota Banda Aceh) kini telah bangkit. Hanya sedikit sisa-sisa tsunami yang masih tampak, itupun umumnya ditepi-tepi atau pesisirĀ  pantai. Banda Aceh kini telah kembali disesaki oleh lautan manusia, meskipun kini tak sesesak waktu tahap rehab-rekon dimana puluhan ribu pendatang memadati setiap sudut kota guna memberikan kontribusi dalam membangun kembali kota yang porak poranda. Lalu lintas kembali normal setelah sebelumnya disesaki mobil-mobil 4 WD dengan berbagai logo NGO ataupun UN. Kehidupan masyarakat perlahan sudah mulai normal kembali, meskipun harga-harga yang melambung tinggi susah untuk diturunkan kembali.

Ada beberapa hal yang menarik apabila anda berkunjung di Kota Banda Aceh. Ya…Kedai kopi! Hampir disepanjang pinggir jalan protokol hingga ke ujung-ujung gang sempit anda akan dengan mudah sekali menemukan kedai-kedai yang menjajakan menu khas kopi Aceh. Ada beberapa tempat beken yang sering dikunjungi orang, sebut saya Kedai Kopi Ayah Solong, Cek Yuke, Black and White, Helsinki, dan yang terbaru Tower. Semuanya menjajakan menu utama yang sama, kopi hitam atau sanger, meskipun dibeberapa kedai yang diset agak modern kita dapat menemukan capuccino atau cokelat panas, bahkan hot pancake! Memang dari segi fasilitas dan kenyamanan agak kalah dari kafe-kafe sekelas Starbucks, Coffee Bean, Excelso, dll tapi dari segi fanatisme kafe-kafe ini tak kalah. Tengok saja, hampir tiap hari ratusan orang berjejal memenuhi ruangan-ruangan kedai kopi tanpa berkeluh meski udara agak panas karena ketiadaan AC. Itulah fanatisme sejati! Bisnis kafe disini menjadi ajang mendulang emas, permata dan berlian. Tak heran, Obbie Mesakh beberapa waktu yang lalu saat berkunjung ke Banda Aceh langsung mengutarakan keinginannya untuk membuka kafe disini. Hmm..mungkin profesi penyanyi sudah kurang menjanjikan karena terlalu banyak saingan..hihihihi…

Rokok. Nah, ini yang saya agak kurang suka. Walaupun saya pernah 4 tahun merokok, tapi sudah hampir 10 tahun saya tidak merokok lagi. Di Aceh, laki-laki yang tidak merokok bisa dihitung dengan jari, bahkan ada orang bilang bahwa Aceh adalah “Asbak Rokok” terbesar didunia. Memang benar adanya, kalau tidak percaya, anda bisa buktikan sendiri. Merokok di angkot, merokok diruang-ruang publik, merokok didalam gedung perkantoran nampaknya sudah menjadi budaya. “Rokok sudah menjadi bagian dari kehidupan seorang lelaki di Aceh” Itu kata teman saya. Hmmm….

Lelaki Aceh, rokok dan kopi mungkin saat ini boleh jadi adalah bagian tidak terpisahkan. Tapi saya harap suatu saat nanti budaya orang Aceh untuk Ngopi tidak lagi terkontaminasi oleh rokok. “NGOPI tanpa ROKOK, jauh lebih nikmat!” betul nggak bro???